Saat ini anak-anak sudah sangat terbiasa dengan jajan. Sikap ini dikarenakan
anak-anak terbiasa dibekali uang saku oleh orang tuanya, membuat anak-anak
leluasa jajan sembarangan. Tanpa disadari kebiasaan jajan ini bisa berakibat
fatal bagi anak-anak. Sekarang ini banyak ditemukan kandungan bahan kimia
berbahaya pada jajanan anak-anak.
Uang saku biasa diberikan orang tua yang terlalu sibuk bekerja sehingga tidak
sempat menyiapkan bekal untuk anak-anaknya. Namun ada juga orang tua yang gemar
membelikan jajanan siap saji dalam kemasan untuk bekal anak-anaknya.
Menurut Psikolog Mayke Tedjasaputra dari UI, budaya serba cepat juga mempengaruhi anak-anak, termasuk kebiasaan jajan. Pola jajan pada anak juga terbentuk melalui kebiasaan.
Orang tua yang senang jajan, akan 'melahirkan' anak-anak yang juga suka jajan. Di rumah anak-anak meniru orang tuanya, sementara di sekolah mereka meniru teman-temannya. Perilaku ini semakin diperkuat dengan dukungan lingkungan. Seperti adanya kantin di sekitar sekolah serta penjaja makanan keliling yang lewat di rumah
Banyak faktor penyebab, salah satunya adalah para ibu yang juga
berkarir di kantor yang merasa tak ada waktu membuat bekal makanan untuk
anak-anaknya, juga faktor harga yang lebih murah membelikan jajanan siap saji
ketimbang membuat sendiri. Di samping itu kebiasaan orang tua mengajak anak-anak
'makan di luar' bisa memicu perilaku senang jajan pada anak, meski para orang
tua menganggap hal tersebut sebagai salah satu bentuk rekreasi keluarga. Faktor
lain adalah kurangnya variasi makanan di rumah, membuat anak bosan dengan
makanan yang disajikan sehingga memilih jajan.
Kebiasaan jajan ini bakal berdampak negatif, seperti anak enggan makan, apalagi mereka jajan berdekatan dengan waktu makan. Anak juga tak berselera dengan makanan rumah, karena mereka terbiasa jajan.
Bagaimanapun, orang tua harus bertanggung jawab terhadap makanan yang diasup anak-anaknya. Kalaupun bekerja, para ibu bisa mensiasati dengan bangun lebih pagi atau menyiapkan malam harinya, sehingga pagi tidak terlalu repot.
Menyiapkan bekal untuk anak juga bisa dilakukan ayah. Upaya orang tua menyiapkan bekal untuk anak ini juga berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Minimal mereka bisa menyaksikan orang tuanya bersusah payah menyiapkan makanan untuk bekal mereka. (ee/KCM)
sumber : visual
Menurut Psikolog Mayke Tedjasaputra dari UI, budaya serba cepat juga mempengaruhi anak-anak, termasuk kebiasaan jajan. Pola jajan pada anak juga terbentuk melalui kebiasaan.
Orang tua yang senang jajan, akan 'melahirkan' anak-anak yang juga suka jajan. Di rumah anak-anak meniru orang tuanya, sementara di sekolah mereka meniru teman-temannya. Perilaku ini semakin diperkuat dengan dukungan lingkungan. Seperti adanya kantin di sekitar sekolah serta penjaja makanan keliling yang lewat di rumah
Kebiasaan jajan ini bakal berdampak negatif, seperti anak enggan makan, apalagi mereka jajan berdekatan dengan waktu makan. Anak juga tak berselera dengan makanan rumah, karena mereka terbiasa jajan.
Bagaimanapun, orang tua harus bertanggung jawab terhadap makanan yang diasup anak-anaknya. Kalaupun bekerja, para ibu bisa mensiasati dengan bangun lebih pagi atau menyiapkan malam harinya, sehingga pagi tidak terlalu repot.
Menyiapkan bekal untuk anak juga bisa dilakukan ayah. Upaya orang tua menyiapkan bekal untuk anak ini juga berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak. Minimal mereka bisa menyaksikan orang tuanya bersusah payah menyiapkan makanan untuk bekal mereka. (ee/KCM)
sumber : visual
Tidak ada komentar:
Posting Komentar