Senin, 18 Maret 2013

Melatih Keterampilan Motorik Anak



Menurut psikolog perkembangan dari Universitas Indonesia, dra Mayke S Tedjasaputra, MSi, kematangan atau kesiapan seorang anak melakukan gerakan tertentu membutuhkan kematangan dari seluruh syaraf dan otot-otot. Agar anak bisa memiliki keterampilan yang baik, diperlukan latihan motorik kasar dan halus. Latihan ini disesuaikan dengan perkembangan usia anak.
Motorik kasar pada dasarnya merupakan gerakan-gerakan tubuh yang melibatkan otot kasar. Sebaliknya, motorik halus adalah gerakan tubuh yang membutuhkan otot-otot halus. Motorik kasar bisa berupa tengkurap sampai duduk, lalu berdiri, berjalan, berlari, melompat, memanjat. Pada anak balita dan batita, motorik kasar ini mencakup kegiatan bermain di luar ruangan. Meski tidak tertutup kemungkinan melakukannya di dalam ruangan.
Seperti bermain sepeda roda tiga, main koprol, perosotan, ayunan. Mayke menjelaskan, semua ini perlu sendiri dilatihkan pada anak. Ini bisa menjadi dasar bagi mereka untuk bersosialisasi. Anak akan lebih mudah bermain dengan teman-temannya, diajak main apapun, bisa. Sedangkan motorik halus, lebih melibatkan aktivitas jari jemari.
Mayke menjelaskan, motorik halus ini nantinya akan dibutuhkan dari segi akademis. Seperti untuk menulis, menggambar hingga menarik garis. Sayangnya, motorik halus ini seringkali terlupakan oleh orang tua. ''Seharusnya, pada waktu batita, anak-anak banyak melakukan aktivitas melalui bermain sehingga motorik halusnya terlatih,'' katanya. Namun, yang perlu diingat, latihan yang diberikan tentunya tidak terlalu berlebihan.

Seperti mengajarkan menulis bentuk huruf atau angka, sementara gerakan jari kemarinya masih kaku. Menurut Mayke, hal tersebut akan sangat sulit untuk anak batita. Ia lebih menyarankan konsep yang sangat dasar. Seperti menarik garis. Lebih jauh dijelaskan, motorik halus sudah bisa mulai sejak anak berusia empat bulan. Ini ditandai dengan kemampuan anak menggenggam benda. Meski mula-mula tanpa bertenaga, lama-lama akan bertenaga.
Selanjutnya adalah memindahkan memindahkan benda dari tangan yang satu ke tangan yang lain. ''Sebelum usia satu tahun, anak sudah bisa meraba dan meraih,'' jelas Mayke. Sebagai persiapan motorik halus, mereka sudah mulai bisa melakukan gerakan seperti menjumput atau memegang benda dengan telunjuk dan ibu jari. Ini menjelang usia dua tahun. ''Bisa dirapikan dengan latihan memasukkan pena pada tutupnya,'' tambah dia.
Yang demikian ini merupakan latihan motorik halus, karena membutuhkan ketepatan menempatkan pena. Anak usia satu tahunan juga biasanya mulai senang mencoret-coret. itu juga mereka belum bisa memegang pensil dengan sempurna, hanya menggenggam. Hal tersebut tidak menjadi masalah. Tapi ada baiknya juga dilakukan latihan. Hanya saja ia menyarankan agar latihan dilakukan harus dengan terlebih dahulu melihat kesiapan anak. ''Jika otot dan syaraf belum matang tapi dipaksa dilatih, tidak akan berhasil juga. Anak bisa frustasi, gitu juga orangtuanya,'' katanya.
Fase selanjutnya setelah anak mulai bisa memegang pena dengan benar. Tapi pada usia dua tahunan, lanjut Mayke, anak baru bisa menggambar benang kusut. Baru apda usia tiga tahunan, ia sudah bisa membentuk garis lurus, dari atas ke bawah, kiri ke kanan, dan sebaliknya. Hingga kemudian ia bisa membuat gambar segi tiga dan segi empat.
Yang sempurna dan tidak
Idealnya, anak mengalami keterampilan motorik kasar yang baik pada usia SD, sekitar usia enam tahun. Usia SD adalah saat yang tepat untuk mengasah motorik kasar anak. Dari situ anak bisa menguasai keterampilan tertentu, yang bisa menjadi modal untuk menumbuhkan percaya diri. Sedangkan kesempurnaan motorik halus sangat relative, karena optimalnya setiap anak berbeda. Secara garis besar, terampil menulis dan melakukan aktivitas bermain adalah setelah usia 6-7 tahun.
Seorang anak bisa dikatakan mengalami masalah dalam perkembangan. Pada anak yang memiliki gangguan pada aktivitas motorik kasar misalnya, keseimbangannya kurang. Saat anak lain bisa berdiri di atas satu kaki, dia belum bisa. Atau ia tak bisa jongkok, ketika menuangkan air sering tumpah. Jika menemukan ciri seperti ini, orangtua hendaknya waspada. Anak ini perlu diberikan latihan yang lebih intens dengan berkonsultasi pada ahlinya. Yakni mereka yang menerjunkan diri pada bidang terapi okupasi. Kadang-kadang juga ada para ahli yang melatih sensory integration, termasuk di dalamnya menjaga keseimbangan tubuh.
Gangguan organis di otak biasanya berupa dispraxia. Yakni ada gangguan di pusat-pusat tertentu, yang memberikan perintah untuk melakukan gerakan. Anak ini mengalami kesulitan meski sudah dilatih. Padahal usianya sudah mencapai 6-7 tahun. Deteksi paling baik adalah ketika anak masih balita. ''Jangan menunggu sampai anak besar, karena kalau balita itu lebih mudah dibentuk,'' jelas Mayke. Jika dibiarkan, karena ini terkait dengan gangguan nerologis, nantinya bisa saja berdampak pada kegiatan akademis anak di waktu yang akan datang. (cy)
sumber : visual

1 komentar:

  1. maaf mau tanya,, ada gak alat ukur yg sudah paten, teruji vliditas dan reliabilitasnya untuk menilai motorik halus?? terimakasih

    BalasHapus