Senin, 18 Maret 2013

Terus Menerus Nonton TV, Anak Bisa Asosial


Guru dan orangtua diharapkan bisa menjadi agen ‘melek media’ bagi anak di rumah maupun di sekolah. Dengan demikian orangtua dan guru dapat mensosialisasikan pada anak serta mendampingi anak untuk menonton televisi dengan sehat serta memanfaatkan media televisi sebagai sumber belajar. Mengingat terus menerus menonton televisi bisa membuat anak menjadi asosial.
Tri Hastuti Nur MSi dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan PP Aisyiyah (LPPA) mengemukakan hal tersebut pada wartawan di ruang kerja Jl KHA Dahlan, belum lama ini, demikian seperti yang dikutip dari Miol.
Untuk itu, PP Aisyiyah bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan Ditjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Depdiknas mengadakan lokakarya dengan peserta para akademisi, KPID, guru, community leader, media massa serta dari PP Nasyiatul Aisyiyah. Kegiatan ini akan mengambil pilot project di Kota Yogyakarta untuk kemudian disebarluaskan di seluruh wilayah kerja Aisyiyah di Indonesia.
Tri menyebut, pelatihan mendatang akan diberikan pada guru dan orangtua. Sehingga diharapkan mereka akan mampu mensosialisasikan kepada anak/peserta didik bagaimana memanfaatkan televisi sebagai sumber belajar, bagaimana menonton televisi yang sehat dan menyikapi tayangan televisi.
“Melek media ini memang harus diajarkan dan terus menerus disosialisasikan,” tambahnya. Upaya ini menjadi sebuah hal yang penting dilakukan, karena akan sangat sulit melarang anak untuk tidak menonton televisi. Apalagi orangtua banyak yang tidak bisa terus menerus berada di dekat anak.
“Kalaupun ada di dekat anak, sebenarnya harus diakui banyak orangtua yang kurang paham bila menonton televisi secara terus menerus juga akan mengurangi daya kreativitas anak dan membuat perkembangan sosial menjadi terganggu. Yang paling parah, anak bisa asosial karena terus menerus menonton televisi,” tandasnya.
Dikatakan Dosen Fisipol UMY tersebut, meski televisi memberikan porsi untuk anak-anak, namun hal ini tetap harus dicermati. “Film kartun, misalnya, juga penuh dengan bahasa kekerasan termasuk film Nickelodeon, Sinchan bahkan juga Tom & Jerry. Kata-kata kasar seringkali muncul, sehingga sesungguhnya tidak semua film kartun layak dikonsumsi anak,” tambahnya. (yz)
sumber : visual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar